Oleh : Dr Aidh Al-Qarni
Hakikat zuhud adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat untuk kepentingan akhirat. maka setiap yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat lebih baik ditinggalkan. Seperti itulah yang dicontohkan nabi s.a.w. sepanjang hidupnya.
Baginda tidak pernah menjauhi sama sekali kecuali hal-hal yang dianggapnya dapat melalaikannya dari mengingati, menyembah, dan membela agama Allah s.w.t. Adapun segala sesuatu yang dapat mendukung perjuangan dan membela agama Allah s.w.t. atau sesuatu yang membuat sentiasa kuat menyembah Allah s.w.t., maka meninggalkannya adalah kebodohan.
Kenyataan yang sering kita lihat adalah kesalahan pemahaman tentang konsep zuhud. Pada sebahagian orang, pengertian zuhud telah disalah definisikan. Untuk mengamalkan zuhud, mereka sehingga meninggalkan hal-hal yang dipandang baik( at-Tayyibaat) dalam penilaian umum. Sehingga akhirnya pemahaman mereka yang sedemikian berpengaruh atau terlihat dalam cara beribadah, pandangan, manhaj dakwah, dan kitab-kitab karangan mereka.
Menurut mereka, zuhud adalah sama sekali melepaskan diri dan jiwa dari segala hal yang berbau keduniaan sehingga akhirnya mereka tampak lebih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan agama-agama lain, seperti Yahudi, Nasrani, Penyembah patung, dan bangsa-bangsa lainnya. Pemahaman ini berlanjutan sampai kepada generasi-generasi sekarang. Mereka berpaling dari dunia. Mereka menghina orang-orang yang mengejar, membangun, dan mengolahnya. Sehingga mereka pun jauh tertinggal di belakang dan agama lain. Kekayaan dan kekuatan akhirnya menjadi milik agama lain yang mana dengan kekayaaan dan kekuatan itulah mereka menghentam dan menguasai orang-orang Islam.
Yang menyedihkan adalah bahawa mereka yang berbuat dan berfahaman demikian selalu mengunakan nama agama. Padahal sesungguhnya mereka telah menyelewengkan pemahaman agama. Penisbatan mereka kepada agama adalah salah sebab apa yang dinginkan oleh agama (Islam) sesungguhnya sangat berbeza dengan apa yang mereka fahami dan lakukan. Agama mengingin dan menganjurkan untuk mementingkan dunia dan akhirat sekaligus.
Di dunia, umat Islam diwajibkan untuk meperjuangkan kalimatullah(La Ilaaha Illallah) untuk sentiasa menjadi kalimat yang diagungkan setinggi-tingginya. Sedangkan untuk melakukan hal demikian tidak akan mungkin tanpa didukung fasiliti keduniaan, seperti ekonomi. Inilah konsep yang benar dalam masalah ini (zuhud).
Lihatlah sahabat-sahabat Nabi s.a.w. mereka adalah orang-orang terkaya di Madinah. mereka membanteras kemiskinan. Mereka berhasil membangun dan memajukan kota Madinah. Mereka dapat mengalahkan bangsa asing di dalam dan di luar. Demikian itu dapat mereka lakukan tidak lain kerana mereka memiliki kekayaan harta. Bagi mereka, dunia adalah sarana menuju akhirat.
Mereka yang sentiasa menyerukan untuk meninggal dan melepaskan diri dari segala hal yang berbau keduniaan, sesungguhnya tidak memiliki sandaran (alasan) yang kuat. Dalil yang mereka pegang adalah hadith-hadith dhaif, yang mana tidak pernah diucapkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. yang ma’shum.
Idea Pendidikan Oleh Ilmuan Muslim Silam
-
Kali pertama saya membaca hadis ini, saya adalah seorang pelajar Syariah.
Perhatian kami tertumpu kepada konotasi fiqh riwayat ini bahawa seorang
yang lebi...
3 days ago