Friday, May 8, 2009

َالإَلهُ (al-Ilah)


oleh Abu A'la Al-Maududi


Dibahas dari segi bahasa
Kata terdiri atas tiga huruf: Hamzah, Lam, Ha’. Kata ini diulas dalam kamus-kamus bahasa Arab sebagai berikut:

a. ََاَلهْتُ إلى ُفلانٍ (alahtu ila fulan) = Aku cenderung kepada fulan.

b. َالِهَ الّرََجُلُ يَاَْلهُ (Alihar-rajulu - ya’lahu) = Orang itu mengharapkan seseorang yang mampu menolongnya, kerana ditimpa oleh suatu musibah.

c. َالِهَ الَّرَجُلُ إَلى الَّرَجُلِ (Alihar-rajulu lar-rajuli) = Orang ini mencari seseorang itu, kerana sangat rindu kepadanya.

d. َالِهَ اَلفَصِي ُ ل (Alihal fashilu) = Anak kuda (atau sebagainya) tidak mahu berpisah daripada emaknya.

e. َاَلهَ، اَِلهًَة، ُاُلوهًَة (Alaha, Ilahatan,Uluhatan) = Mengabdi— Pengabdian.

f. اِلهٌ (Ilah), adalah pecahan dan kata َلاهَ، يَلِيهُ، َليْهًا (Laha — Yalihu — Laihan = Berlindung— Lindungan

Dan penjelasan di atas, dapatlah dimengerti bahwa kata Alaha, Ya’lahu, Ilahatan bererti menyerahkan atau mentitipkan diri supaya selamat dan terjamin. Untuk mendapatkan keselamatan atau jaminan itu, ada syaratnya.

Dan kata (al-Ilah) berarti (al-Ma’bud) = Pelindung, Penjamin dan sebagainya. Maka dapatlah ditarik beberapa kesimpulan:

(1) Adapun yang mendorong seseorang berta-alluh (berbakti, mengabdi dan sebagainya), adalah keinginan yang sangat mendesak. Tak seorang pun akan menjatuhkan martabatnya di depan orang lain tanpa mengharapkan sesuatu daripadanya, baik dari segi moral ataupun material.

(2) Adalah sifat manusia menghormati bahkan menjunjung tinggi pihak yang dapat diharapkan pertolongan dan jasa-jasa baiknya, atau yang dianggapnya sebagai lebih tinggi martabatnya, atau lebih gagah perkasa.

(3) Pada umumnya, setiap keinginan seseorang yang dipenuhi oleh seseorang lain dari sesamanya secara wajar, melalui prosidir yang berlaku di alam yang tampak di depan mata dan masuk akal serta tidak mustahil dilakukan oleh manusia, takkan mendorong orang untuk beribadah kepadanya sebagai sesembahan. Sebagai contoh:

Seorang yang sudah lama melalui temuduga pekerjaan ke sana ke sini untuk nafkah rumahtangga dan supaya tidak menjadi beban di atas bahu masyarakat sekitarnya, yang akhirnya dengan susah payah dan melalui banyak liku-liku, diterima oleh suatu syarikat. Betapapun besarnya terima kasih orang itu kepada si majikan, takkan terguris di benaknya untuk menjadikannya sebagai sesembahan. Ia takkan berbuat
demikian, sebab dia tahu cara untuk mendapatkan pekerjaan atau nafkah yang akan memenuhi keperluan rumahtangganya itu. Sekali-kali dia takkan menyembah sesuatu, kecuali yang akan disembahnya itu maha gagah perkasa dan kekuasaannya tak dapat dibayangkan batasnya apalagi dicapai dengan pancaindera. Kerana itulah, kata اَلمعْبُد (al Ma’bud) sebagai prediket yang maknanya mencakup Pelindung, yang dirindukan dan mencakup erti segala sifat keagungan.

(4) Adalah sifat manusia — tanpa kecuali — bahwa dengan rasa rindu dan penuh harapan, ia menuju sesuatu yang menurut keyakinannya akan sanggup dan mampu memenuhi keinginannya. mampu membela dan menyelamatkannya di kala ditimpa suatu derita atau musibah dan dapat juga menenangkan hatinya bila gelisah.

Kini jelaslah sudah, bahwa kecenderungan untuk memberikañ prediket َالإله (al-Ilah) kepada َالْمَعْبُودُ (al-Ma’bud), sesembahan atau yang disembah itu,
tak lain adalah kerana Dia:

(a) Dapat memenuhi keinginan sepenuhnya.

(b) Maha Pelindung.

(c) Maha Penenang.

(d) Mempunyai kekuasaan yang mutlak dan keagungan yang tiada tara serta tiada bandingannya.

(e) Maha Gagah Perkasa, yang oleh kerananya dapat menyelesaikan dan mengatasi segala sesuatu dan dapat juga memberikan perlindungan dan keselamatan dari segala bencana yang menimpa. Selain itu, dapat juga mententeramkan batin.

(f) Suatu Zat yang ghaib dari pancaindera dan suatu rahsia yang tak terjangkau oleh pandangan atau fikiran manusia, Zat yang dirindukan dan dituju oleh setiap insan.

0 comments:

wanabdbaith. Powered by Blogger.

Visitor

free counters